Perang yang Mengubah China: Perang Ji Mo
Pada masa Zhan Guo (770 SM - 256 SM), Negara Yan bertetangga dengan Negara Qi. Kuai, sang Raja Yan mempersilahkan tahtanya kepada Zi Zhi, patih Yan, sehingga menimbulkan kekacauan internal perebutan kekuasaan tahta.
Pada kesempatan itu Raja Qi Xuanwang menyerbu Yan dan membantai Raja Yan, Kuai dan Zi Zhi. Kemudian lantaran setiap negara vasal mengirim bala tentara untuk menolong Yan yang memaksa Negara Qi menarik pasukannya, baru dapat meredakan perang tersebut.
Beberapa waktu kemudian, seorang Pangeran Yan bernama Ping naik tahta dengan gelar Raja Yan Zhaowang. Ia menampung banyak kaum cendekiawan, melakukan reformasi besar dalam pemerintahannya dan dengan aktif memberi insentif produksi serta melakukan persiapan perang balas dendam terhadap Qi.
Meski Yan Zhaowang ingin mencari peluang menggempur Qi, tetapi menimbang kedua negara memiliki kesenjangan kekuatan, maka Raja Yan menerima usulan Le Yi dan Su Qin, agar proaktif bersahabat dengan negara lain untuk mengucilkan Negara Qi.
Namun hubungan bilateral antar negara mereka masih terjalin dengan baik untuk mengendorkan tingkat kewaspadaannya, kemudian memanas-manasi Negara Qi menghancurkan Song, untuk menanam bibit agar pada suatu hari kelak para negara vassal dapat bersekutu kembali menggempur Qi.
Ternyata raja Qi memang tidak waspada, ia menerima begitu saja intrik Negara Yan dan memusnahkan Negara Song yang berpenghasilan tinggi dalam pajak dan pangan, dan kerajaan Song selama ini selalu menjadi incaran 3 negara yakni Qi, Qin dan Zhao. Sesudah Qi memusnahkan Song, hubungan Qi dengan Qin dan Zhao otomatis memburuk. Yan memanfaatkan situasi ini untuk berkampanye di setiap negara dan akhirnya berhasil menggalang persekutuan untuk menyerang Qi.
Pada 284 SM, Yan Zhaowang mengangkat Le Yi sebagai jendral besar memimpin pasukan gabungan dari 6 negara untuk menyerbu Qi. Sama sekali Qi Minwang tidak menyangka kalau Negara Yan akan membentuk aliansi untuk menyerang negaranya, dan ia merasa sangat menyesal telah mempercayai intrik Negara Yan, maka dengan tergesa mengutus Chu Zi sebagai panglima memimpin bala tentara melawan musuh.
Kedua belah pihak masing-masing menggalang 200.000 prajurit dan saling berhadapan di sekitar Ji Shui. Lantaran pasukan Qi selama bertahun-tahun harus terus berperang, semangat mereka sangat rendah, panglima pasukan Chu Zi pun disersi dan tidak diketahui rimbanya, akhirnya pasukan Qi kalah telak dan Qi Minwang terpaksa melarikan diri hingga Ju (kini Kabupaten Ju-Shandong), di situ ia dibunuh oleh Zhuo Chi. Bersamaan dengan itu, Le Yi Jenderal Yan memimpin pasukan menyerbu masuk kotaraja Negara Qi di Lin Zi.
Setelah Le Yi menduduki Lin Zi, ia menggunakan kebijakannya untuk merebut hati rakyat, tentaranya berdisiplin keras dan dilarang membakar, membunuh dan merampok, selain itu juga menghapus pajak dan pungutan yang memberatkan sehingga memperoleh simpati rakyat. Oleh karenanya dalam tempo 6 bulan pasukan Yan telah berhasil merebut 70 lebih kota Qi, tersisa Xia Ju dan Ji Mo (kini di sebelah tenggara Ping Du-Shan Dong) belum berhasil direbut.
Pada tahun berikutnya, Le Yi mengkonsolidasi kekuatan untuk memusatkan serangannya ke Xia Ju dan Ji Mo di bawah keadaan begitu mendebarkan telah muncul seorang pahlawan penyelamat yakni Tian Dan. Ia dulunya hanyalah seorang pejabat kecil yang mengurusi pemerintahan di kota Lin Zi. Karena di dalam kancah perang ia mengajari anggota clannya untuk menggergaji kedua bagian ujung poros roda kereta dan dipasangi batang besi, maka itu ia berhasil kabur dari sergapan pasukan Yan, sesudah kejadian itu ia diusulkan oleh pasukan dan warga Qi menjadi pemimpin dan diangkatlah ia menjadi jenderal dari Kota Ji Mo.
Demi menyelamatkan situasi genting, Tian Dan yang telah diangkat menjadi jenderal merekrut ulang dan menambah sisa pasukan yang berjumlah 7.000-an dan memimpin sendiri pembangunan benteng pertahanan, memperkuat tembok kota dan mengeruk parit pelindung; serta mengikut-sertakan istri, selir dan kerabatnya ke dalam pasukan untuk pertahanan kota. Masyarakat tersentuh menyaksikan Tian Dan mau berbagi suka duka dengan bawahannya, sehingga membuat semangat prajurit dan warga Kota Ji Mo berkobar, tentara dan rakyat bersatu hati, membulatkan tekad berjuang melawan pasukan Yan.
Tian Dan mengirim intel melakukan taktik anti spionase di Negara Yan dan menyebar desas desus. Le Yi menyalahgunakan penyerbuan Qi, yang sebetulnya hanya bertujuan menguasai pasukan Qi dan mengangkat dirinya sebagai raja, maka itu ia sengaja mengolor-olor waktu penyerbuan Ji Mo. Apabila si panglima diganti, Ji Mo bisa segera direbut. Raja Yan ternyata masuk dalam perangkap tersebut, ia mengganti Le Yi dengan Qi Jie. Tindakan ini membuat komandan dan prajurit Yan tidak terima dan semangat mereka meluntur.
Tian Dan sengaja menyebarkan isu: pasukan Qi paling takut akan pemotongan hidung dan penodaan makam leluhur. Qi Jie lagi-lagi tertipu, ia setibanya di setiap tempat membongkar makam leluhur orang Qi dan melakukan hukuman kejam potong hidung. Maka warga dan pasukan Qi di Kota Ji Mo sudah kehabisan kesabaran mereka, semua orang marah besar karenanya.
Kemudian Tian Dan menyembunyikan semua prajurit elit dan hanya menempatkan prajurit rentan (tua-renta, lemah dan kaum perempuan) untuk menjaga tembok kota, sehingga pasukan Yan salah tafsir akan kekuatan pasukan Qi yang hanya tersisa para laskar rentan saja, maka semangat tempur mereka lebih mengendor lagi.
Tian Dan merasa segala sesuatunya telah matang, maka ia mulai melancarkan rencana serangan balik. Pertama, ia mengumpulkan 1.000 ekor lebih sapi dari seluruh kota, mengenakan pada badan mereka kain penutup terbuat dari bahan sutera merah yang dipenuhi lukisan tekstur naga aneka warna dan di pada tanduk sapi-sapi itu terpasang pisau tajam, serta mengikat ekor mereka dengan alang-alang yang sudah dicelup sebelumnya dengan minyak/lemak, untuk dinyalakan pada ujungnya.
Lalu ia menyuruh menggali puluhan lubang pada tembok kota yang langsung menuju luar kota. Kemudian menyeleksi 5.000 prajurit tegap untuk didandani ala siluman yang mengerikan serta menyuruh seluruh warga kota dan pasukan menyiapkan perkusi untuk membantu kewibawaan dengan berteriak dan menabuh alat-alat tersebut pada saat serangan tengah malam dimulai.
Setelah segala sesuatunya diatur dengan cermat, pada suatu malam mereka menyulut alang-alang pada ujung ekor para sapi tersebut dan diusirlah sapi-sapi tersebut melalui terowongan yang telah disiapkan, sementara 5.000 pemuda kekar membuntuti dari belakang sapi membara tersebut dan keluar dari tembok kota. Karena para sapi itu merasa kepanasan dan sakit pada bagian ekor mereka, satu demi satu menerjang dengan marah ke dalam markas pasukan Yan yang mengepung kota, di gelapan malam pasukan Yan terkejut bukan main.
Obor pada ekor sapi-sapi menerangi tubuh si sapi dengan cahaya menyilaukan, yang terlihat pasukan Yan tubuh para sapi itu dipenuhi dengan tekstur naga, tapi susah dikenali sebetulnya binatang apakah itu, orang yang terseruduk tanduk kalau tidak mati ya terluka. Segera disusul dengan serbuan 5.000 prajurit elit di baris depan dan disusul para laskar renta dengan teriakan dan tetabuhan perkusi dengan kegaduhan yang menggetarkan bumi dan langit. Pasukan Yan kalang kabut dan berhamburan ke segala arah. Pada akhirnya pasukan Qi berhasil membunuh Qi Jie si panglima pasukan Yan.
Pasukan Yan melarikan diri ke semua penjuru dan di belakangnya menguntit pasukan Qi, rakyat kecil pada membelot dan menggabungkan diri ke Tian Dan, 70 kota yang terampas juga kembali ke pangkuan Negara Qi. Warga dan tentara Qi bergembira dan mereka berkumpul di Kota Ju menyambut kedatangan Qi Xiangwang mengatur kembali pemerintahan, Qi Xiangwang menganugerahi Tian Dan dengan gelar "An Ping Jun pemimpin juru selamat".
Dari serangkaian taktik tersebut, terlihat Tian Dan selain berbakat luar biasa dalam kemiliteran, juga memiliki pemikiran yang inovatif. Di saat negara terancam keruntuhan dan dalam ambang kepunahan, ia dapat mengambil alih keadaan. Sesudah memikul tugas berat, ia menerapkan taktik anti spionase, mendorong semangat juang agar pasukan bertekad bulat untuk mempertahankan kota dan melemahkan pihak lawan.
Yang paling mengesankan adalah tengah malam mengeluarkan pasukan khusus dan menempatkan sapi berkobar api pada garis terdepan. Tindakan itu selain telah mempertahankan Kota Ji Mo, bahkan telah membakar semangat tempur sehingga dapat mengusir pasukan musuh.
Perang tersebut telah mencipta situasi di mana pihak yang lemah dapat mengalahkan lawan yang lebih tangguh dan dalam situasi sulit dapat berbalik menguasai keadaan, serta memperoleh kemenangan besar (12.000 melawan 200.000 pasukan musuh). Terutama siasat perang menggunakan sapi-sapi dalam penyerangan, boleh dibilang adalah satu-satunya inovasi di dalam sejarah perang dunia. Tak heran ahli sejarah kuno Shima Qian sampai memujinya sbb: Tian Dan menggunakan tentara "bagaikan perawan pada babak permulaan, bagaikan kelinci melesat pada babak akhir". (Shu Ping/The Epoch Times/ whs)
Sumber: http://www.epochtimes.co.id
0 comments: